Sikap (attitude)
sikap
pandangan atau sikap perasaan, attitude bisa diartikan dengan
tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Attitude
sosial dan attitude individual
Manusia itu
tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu,
tetapi attitude-attitude
tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya.peranan attitude-attitude tersebut
dibentuk sepanjang perkembangan .Adanya attitude –attitude menyebabkan bahwa
manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-objeknya .
Attitude dapat dibedakan ke
dalam attitude sosial dan attitude sosial dan attitude individual:
Attitude sosial Suatu attitude sosial dinyatakan
dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang –ulang terhadap objek sosial.
1. Attitude individual dimiliki seorang saja
,misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang tertentu,
2. Attitude individual berkenaan dengan
objek-objek yang bukan merupakan suatu objek perhatian sosial.
Kita
lambat-laun mungkin memperoleh sikap suka atau tidak suka kepada seorang kawan
atau seorang pesaing, dan terhadap peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan
kita.
attitude
mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia .
Attitude sosial dan attitude
pada umumnya itu mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama seperti sifat motif
dan motivasi
CIRI-CIRI
ATTITUDE
1. Attitude tidak dibawa orang
sejak ia dilahirkan
2. Attitude dapat berubah-ubah
3. Attitude tidak berdiri
sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek.
4. Objek attitude merupakan suatu hal tertentu,tetapi
dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Attitude mempunyai
segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan .
MEMAHAMI
ATTITUDE
·
Metode langsung metode dimana orang secara langsung
diminta pendapat atau anggapannya mengenai objek tertentu.
. Metode tidak langsung
PEMBENTUKAN
DAN PERUBAHAN ATTITUDE
Pembentukan
attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja .
Interaksi social didalam kelompok maupun diluar kelompok dapat merubah attitude
atau membentuk attitude yang baru. tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi diluar kelompoknya
itu sendiri
· Faktor internal
berhubungan erat dengan
motif-motif dan attitude-attitude yang bekerja didalam diri kita pada waktu itu
dan mengarahkan minat perhatian kita terhadap objek-objek tertentu diantara
keseluruhan objek yang mingkin kita perhatikan pada waktu itu.
· Faktor- faktor
Eksternal
Dalam pembentukan dan
perubahan attitude,selain faktor-faktor internal terdapat pula faktor-faktor
eksternal. seperti yang dikemukakan oleh M.Sherif dalam bukunya sbb :
1. interaksi kelompok dimana
terdapat hubungan timbal – balik yang langsung antara manusia.
2. komunikasi
· Perubahan
attitude dalam situasi kontak antar kelompok
Perubahan attitude dalam situasi kontak antara dua kelompok berbeda dengan
situasi dimana individu dilibatkan secara aktif untuk turut serta dalam
interaksi intensif dan cukup lama. Setelah itu, kelompok dipersilahkan untuk
mengunjungi tempat tinggal masing-masing. Sebelum mereka diberi ceramah, mereka
dites untuk melihat bagaimana attitude-attitude mereka terhadap suku lain.
Hasil tes tersebut menunjukan bahwa mereka menetap negatif , berarti bahwa
situasi kontak sosial antar kelompok yang hanya terdiri atas ceramah dan saling
mengunjungi seperti dalam kondisi-kondisi experimen ini tidak menghasilkan
terjadinya perubahan attitude.
· Perubahan
attitude karena komunikasi sepihak
untuk memperoleh keterangan
telah dilakukan puluhan bahkan ratusan eperimen yang meneliti faktor-faktor
mana yang memegang peranan dalam usaha untuk membentuk atau mengubah
attitude-attitude dengan cara komunikasi sepihak.
· eksperimen
Experimen Murphy dan Newcomb
(12) menyatakan bahwa perubahan attitude yang paling berhasil terjadi pada
orang-orang yang sebelumnya diberi komunikasi tertentu ( ceramah, pidato,
risalah, dsb )
Masalah ini diteliti secara
experimental oleh Hovland. Berdasarkan hasil experimennya, Hovland menarik
kesimpulan bahwa :
1. Apabila isi
komunikasi rumit ( tidak mempunyai struktur dan susunan yang jelas ), maka
komunikator yang harus menarik kesimpulan.
2.
Apabila isi komunikasi tidak ada berhubungan
erat dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar, maka
komunikator menarik kesimpulan.
Aptitude Test (Tes Bakat)
A.
Definisi Tes Bakat Dan Bakat
(Anastasi,
1997).Tes Bakat mucul dikarenakan adanya ketidakpuasaan pada tes intelegensi
yang hanya memunculkan skor tunggal yang disebut IQ, karena hasil IQ belum
dapat memberikan gambaran kemampuan individu di masa mendatang.
Pada
masa sebelum perang dunia 1, para psikolog telah mengakui perlunya tes bakat
untuk melengkapi tes-tes intelegensi global. Tes bakat ini dikembangkan secara
khusus dalam konsultasi pekerjaan, seleksi dan klasifikasi personil industri
ataupun militer. Tes-tes yang digunakan secara meluas antara lain tes bakat
mekanikal, musikal, klerikal dan aristik
Pertama
kali yang melakukan penelitian tes bakat adalah
Charles Spearman (1904-1927) seorang psikolog dari Inggris. Perkembangan
metodologis selanjutnya, dilakukan psikolog dari Amerika seperti T.L. Kelley
(1928) dan L.L Thurstone (1938-1974) dan terus dikembangkan oleh penelti
selanjutnya yang di kenal sebagai analisis faktor.
Hasil
praktis analisis faktor tersebut adalah perkembangan tes bakat berupa baterai
multibakat (multiple aptitude batteries). Semua baterai ini dirancang
untuk memberikan ukuran dari sikap seseorang sehingga dengan baterai ini dapat
diperoleh sifat atau gambaran seseorang yang bersifat khusus, seperti pemahaman
verbal, bakat numerikal, visualisasi spasial, penalaran aritmetik dan
percepatan perseptual.
Perkembangan
tes bakat lebih mutakhir muncul pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an
menyediakan integrasi mendasar dari dua pendekatan yang sebelumnya bertentangan
bagi pengukuran mental, yang diwakili oleh tes intelegensi tradisonal dan oleh
battery multi bakat (Anatasi, 1994).
Tes
bakat memiliki beberapa definisi yang pada intinya merupakan suatu kemampuan
khusus dari individu dan merupakan hasil interaksi antara hereditas dan
pendidikan.
Untuk
memahami secara jelas definisi bakat, berikut beberapa definisi bakat menurut
para ahli:
1.
Freeman (Fudyartanta, 2005) mendefinisikan bakat sebagai suatu kombinasi
karakteristik yang berkapasitas individual untuk memperoleh (melalui latihan)
beberapa pengetahuan khusus, keterampilan ataupun suatu respon yang
terorganisir. Misalnya saja kemampuan berbahasa, untuk menjadi pemusik ataupun
untuk melakukan pekerjaan mekanik.
2.
Fudyartanta (2005) mengemukakan bahwa bakat merupakan kemampuan yang lebih
menonjol daripada yang lain, baik secara intelektual (teoritis) maupun secara
praktis, dimana kedua-duanya memiliki posisi kualitas yang tinggi.
3.
Guildford (Sunaryo, 2004) mengemukakan bahwa bakat bertalian dengan kecakapan
untuk melakukan sesuatu.
4.
Sukardi (Sunaryo, 2004) mengartikan bakat sebagai suatu kondisi atau kualitas
yang dimiliki oleh individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang di masa
yang akan datang.
5.
Branca (Fudyartanta, 2005) mengemukakan bahwa bakat merupakan kemampuan yang
dipandang sebagai suatu indikasi seberapa baik individu dapat mempelajari
pengetahuan atau keterampilan tertentu melalui pelatihan kemudian
mempraktekkannya.
6.
Lyman (Fudyartanta, 2005) mendefinisikan bakat sebagai kombinasi karakteristik
alami dan yang dipelajari, dimana mengindikasikan kapasitas seseorang untuk
mengembangkan kecakapannya dalam beberapa keterampilan. Biasanya menyiratkan
aspek intelektual atau keterampilan dibandingkan aspek emosi atau karakteristik
kepribadian.
7.
Chaplin (2002) mengartikan aptitude (bakat, ketangkasan, kecerdasan,
kesanggupan, kecenderungan) sebagai kapasitas untuk berprestasi di kemudian
hari.
8.
Woodworth dan Marquis (Sunaryo, 2004) mendefinisikan bakat sebagai suatu
kemampuan manusia yang terdiri dari achievement atauactual ability (dapat
diukur dengan tes tertentu),capacity atau ability (tidak dapat diukur secara
langsung) dan aptitude (kualitas psikis yang hanya dapat diungkapkan dengan
tes).
9.
Bakat merupakan suatu kemampuan spesifik yang memberikan individu suatu kondisi
untuk memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan
tertentu setelah melalui latihan (Adi Dharma Putra, 2010).
10.
“Chaplin “(2002) mendefinisikan tes bakat sebagai satu seri tugas-tugas yang
dibakukan dan diberikan untuk membuat perkiraan kuantitatif kemampuan seseorang
yang menguntungkan dirinya lewat latihan. Tes-tes bakat tersebut dipakai untuk
mengukur prestasi yang akan dicapai di kemudian harinya sedang tes prestasi
(achievement tests) mengukur kemampuan yang dicapai pada saat sekarang.
11.
Menurut Cohen & Swerdlik , 1999 dalam Gregory ( 2001) bakat secara umum
sudah digambarkan sebagai kemampua individu dibidang yang spesifik seperd
akuntansi,rancang bangun atau auto mekanika. Sedangkan menurut Menurut Lennon
dalam Shetzer (1981) bakat adalah perpaduan antara kemampuan kemampuan dan
karakteristik yang lain ataupun hasil belajar dalam berbagai hal. Bakat
dipandang sebagai kemampuan untuk belajar atau mengungkapkan pengetahuan,
kecakapan, karakteristik untuk memprediksi loeberhasilan belajar.
12.
Bakat dalam Warren's Disctionary of Psychology (1934) didefinisikan sebagai
berikut: "Aptitude, a condition or set of characteristics regarded as
symptomatic of an individual's ability to acquire with training some (usually
specified) knowledge, skill, or set of response, such as the ability to speak a
language, to produce music ..."
13.
Menurut Aiken dalam Gladding (2000), bakat didefinisikan sebagai kapasitas
individu untuk menampilkan suatu kemampuan dari sebuah tugas atau tipe ketrampilan
dan tes bakat merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
seseorang tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bakat merupakan suatu
konsistensi kerakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk menguasai
suatu pengetahuan khusus, keterampilan atau serangkaian respon yang
terorganisir atau kemampuan khusus yang berkembang secara istimewa atau
menonjol dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Bakat seseorang
dapat diukur dengan tes bakat.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa bakat adalah suatu kemampuan spesifik yang dimiliki
individu yang lebih menonjol daripada yang lain, baik itu pengetahuan,
kecakapan atau keterampilan jika diasah melalui pelatihan akan berkembang
secara optimal.
B.
Sejarah Perkembangan Tes
Tes bakat muncul karena pemikiran
para psikolog bahwa tes inteligensi hanya mengukur aspek tertentu dari
inteligensi, dimana hal ini saja tidaklah cukup karena tidak semua aspek
penting terwakili karena cakupannya yang agak terbatas. Bahkan sebelum PD I, para
psikolog mulai mengakui perlunya tes-tes bakat khusus untuk digunakan dalam
konseling pekerjaan serta dalam seleksi dan klasifikasi personil industri dan
militer. Sehingga beberapa tes kemudian dimodifikasi menjadi tes bakat,
misalnya pada tahun 1920-an sejumlah tes inteligensi berubah menjadi tes bakat
sekolah. Aplikasi praktis tes selanjutnya menunjukkan perlunya dikembangkan tes
multi bakat (multiple aptitude tes) karena sarana untuk menyusun tes
semacam ini telah tersedia.
C.
Tujuan Mengetahui Bakat
Tes bakat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut,
yaitu:
1.
Diagnosis. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakat seseorang sehingga akan
lebih mudah memahami potensi yang ada. Dengan demikian, dapat membantu untuk
menganalisis permasalahan yang dihadapi testi di masa kini secara lebih cermat.
2.
Prediksi. Pada dasarnya, prediksi adalah mempertemukan potensi seseorang
dengan persyaratan yang dituntut oleh lembaga sehingga
dapat diperkirakan atau diprediksikan kemungkinan kesuksesan atau kegagalan
seseorang dalam bidang tertentu di masa depan. Prediksi meliputi seleksi,
penempatan dan klasifikasi.
D.
Faktor-faktor yang Diungkap dalam Tes Bakat
Kemampuan verbal. Kemampuan memahami dan menggunakan bahasa baik
secara lisan maupun tulisan
TAHAPAN TES INDIVIDUAL
1.
Alat
ukur :
a. Valid
Mengacu
pada arti dan kegunaan dari hasil tes serta mengacu pada kesimpulan dan
interpretasi tertentu
b. Reliabel
Mengacu
pada keakuratan, keandalan, konsistensi atau pengulangan hasil tes
2.
Pengetahuan
observerd tentang pengetahuan psikologi
3.
Sikap
pemeriksa (menghindari bias)