Minggu, 30 Maret 2014

#5

TES Kemampuan mental


Kemampuan Mental dan Pengukurannya

Karakteristik kepribadian dan kemampuan mental orang sangat bervariasi.untuk itu kitaakan melihat dan mempelajari perbedaan kemampuan individu serta tes yang dirancang untuk mengukur perbedaan kemampuan individu.ada beberapa point yang akan kita pelajari padakemampuan mental dan pengukurannya antara lain adalah jenis tes kemampuan, syarat-Syarat tes yang baik,tes kemampuan intelektual,kesahihan prediktif tes,sifat dasar intelegensi,pengaruhgenetic dan lingkungan terhadap kemampuan dan tes kemampuan dalam perspektif.Penggunaan tes kemampuan (ability test ) untuk menempatkan anak dalam kelastertentu,untuk menerima siswa diperguruan tinggi dan sekolah kejuruan,untuk memilih individuyang akan ditempatkan pada jabatan tertentu dll

kebanyakan orang masihmemandang tes kemampuan sebagai saranayang paling baik untuk menetapkan apa yang dapatdikerjakan seseorang dan untuk menentukan profesi mereka.sebagian menyatakan bahwa tessemacam itu bersifat sempit dan terbatas,tes tersebut tidak mengukur karakteristik yang pentingdalam usaha menetapkan keberhasilan yang akan dicapai,motivasi,keterampilan social,mutukepemimpinan

JENIS TES KEMAMPUAN

Tes pada dasarnya merupakan sampel perilaku yang diambil pada suatu saat tertentu.Seringkali dibedakan antara tes prestasi (achievement test- yang dirancang untuk mengukur keterampilan yang telah dicapai dan menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang pada saatini) dan tes bakat (aptitude test- yang dirancang untuk memprediksi apa yang dapat dilakukanseseorang bila dilatih). Tetapi perbedaan kedua jenis tes ini tidak terlalu jelas. Kedua jenis tes inisering mencakup tipe pertanyaan yang sama dan menunjukkan hasil yang berkorelasi tinggi.Daripada menganggap tes prestasi dan tes bakat sebagai dua kategori tes yang berbeda, lebih baik memandangnya sebagai bagian dari suatu kesatuan.

Bakat lawan prestasi

Tes-tes yang berada di ujung rangkaian kesatuan bakat-prestasi berbeda satu sama lain terutama dari segi tujuan. Sebagai contoh, tes tentang pengetahuan prinsip mekanika bisadiberikan diakhir kuliah ilmu mekanika untuk mengukur penguasaan materi kuliah- untuk menetapkan ukuran prestasi. Tes dengan pertanyaan yang sama bisa dimasukkan dalam rangkaian tes yang disusun untuk menyeleksi para pelamar pelatihan pilot, karena pengetahuantentang prinsip mekanika diakui sebagai prediktor keberhasilan penerbangan yang baik. Tes yangterakhir ini dianggap sebagai ukuran bakat karena hasilnya digunakan untuk memprediksi penampilan sebagai kader pilot. Jadi, apakah tes ini disebut tes bakat atau tes prestasi lebih tergantung pada tujuannya dibandingkan pada isinya.Diantara tes bakat (yang kurang menekankan pengalaman terdahulu yang relevan) dan tes prestasi (yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tertentu) terdapat tes-tes yang mengukur keduanya, baik bakat maupun prestasi. Salah satu contohnya adalah Scholastic Aptitude Test(SAT) yang dibutuhkan untuk penerimaan mahasiswa di beberapa perguruan tinggi. SAT terdiridari bagian verbal, yang mengukur perbendaharaan kata dan kemampuan untuk memahami apayang dibaca, serta bagian matematika, yang menguji kemampuan untuk memecahkan masalahyang membutuhkan penalaran aritmatika, aljabar, dan geometri.

Psikotes Tes Koran Pauli Krapelin
Tes Pauli Krapelin dikembangkan pertamakali oleh seorang psikiater bernama Emil Kraepelin. Kraepelin pada mulanya menciptakan alat tes yang digunakan sebagai alat bantu untuk mendiagnosa gangguan otak yaitu alzheimer dan dementia. Selanjutnya, pada tahun 1938 Prof. Dr. Richard Pauli bersama Dr. Wilhelm Arnold dan Prof. Dr. Vanmethod memperbaharui tes Kraeplin sehingga dapat distandarisasikan dan dapat pula dipakai untuk mendapatkan data tentang kepribadian. Saat ini tes tersebut dikenal dengan istilah Tes Pauli-Kraepelin.
Adapun tujuan dari tes pauli-kraepelin ini adalah untuk mengukur karakter seseorang pada beberapa aspek tertentu, yaitu :
* Aspek keuletan (daya tahan)
* Aspek kemauan atau kehendak individu
* Aspek Emosi
* Aspek penyesuaian diri
* Aspek stabilitas diri
Dalam tes ini, sebenarnya anda hanya diminta untuk mengerjakan hitungan sederhana. Yaitu menjumlahkan deretan angka-angka. Namun yang menjadi masalah adalah jumlah deretan angka yang diberikan sangat banyak. Yaitu sebesar lembaran koran. Sehingga tes yang juga dikenal dengan istilah "Tes Koran" ini menuntut konsentrasi, ketelitian, stabilitas emosi dan daya tahan yang prima. Semakin banyak kesalahan yang anda buat, menunjukkan anda orang yang tidak teliti, tidak cermat, tidak hati-hati dan kurang memiliki daya tahan yang cukup terhadap stres atau tekanan pekerjaan.
Contoh Tes Koran Pauli Kraepelin
Jumlahkan deret angka-angka berikut (diatas dan dibawahnya) dan tulislah jawabannya diantara kedua angka yang anda jumlahkan.
1 7
3 6
2 9
2 2
0 3
9 5
9 2
3 3
4 1
1 1
7 0
9 8
2 8
0 1
8 3
7 8
9 5
Keterangan : Pada contoh diatas, angka yang dicetak tebal adalah jawaban penjumlahan dari dua bilangan yang berdekatan (yang diatas dan dibawahnya). 1+2 = 3 ; 2+0= 2 dan seterusnya. Jika hasil penjumlahan lebih dari dua digit, maka ditulis digit terakhirnya saja. Misal 8+9= 17 (ditulis angka 7 saja)



Berbagai Sumber

Kamis, 27 Maret 2014

#4 komemtar materi tes individu, tes populasi, tes minat

Sikap (attitude)

sikap pandangan atau sikap perasaan, attitude bisa diartikan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
  
Attitude sosial dan attitude individual
Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu,
tetapi attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya.peranan attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang perkembangan .Adanya attitude –attitude menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-objeknya .
Attitude dapat dibedakan ke dalam attitude sosial dan attitude sosial dan attitude individual:
Attitude  sosial  Suatu attitude sosial dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang –ulang terhadap objek  sosial.

1.      Attitude individual dimiliki seorang saja ,misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang tertentu,
2.      Attitude individual berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan suatu objek perhatian sosial.

Kita lambat-laun mungkin memperoleh sikap suka atau tidak suka kepada seorang kawan atau seorang pesaing, dan terhadap peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan kita.
attitude mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia .
Attitude sosial dan attitude pada umumnya itu mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama seperti sifat motif dan motivasi






CIRI-CIRI ATTITUDE
1. Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan
2. Attitude dapat berubah-ubah
3. Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek.
4. Objek attitude merupakan suatu hal tertentu,tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan .



MEMAHAMI ATTITUDE
·         Metode langsung metode dimana orang secara langsung diminta pendapat atau anggapannya mengenai objek tertentu.

.         Metode tidak langsung


PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN ATTITUDE
Pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja . Interaksi social didalam kelompok maupun diluar kelompok dapat merubah attitude atau membentuk attitude yang baru. tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi diluar kelompoknya itu sendiri

·     Faktor internal
berhubungan erat dengan motif-motif dan attitude-attitude yang bekerja didalam diri kita pada waktu itu dan mengarahkan minat perhatian kita terhadap objek-objek tertentu diantara keseluruhan objek yang mingkin kita perhatikan pada waktu itu.
·     Faktor- faktor Eksternal 
Dalam pembentukan dan perubahan attitude,selain faktor-faktor internal terdapat pula faktor-faktor eksternal. seperti yang dikemukakan oleh M.Sherif dalam bukunya sbb :
      1. interaksi kelompok dimana terdapat hubungan timbal – balik yang langsung antara manusia.
     2. komunikasi


·    Perubahan attitude dalam situasi kontak antar kelompok
Perubahan attitude dalam situasi kontak antara dua kelompok berbeda dengan situasi dimana individu dilibatkan secara aktif untuk turut serta dalam interaksi intensif dan cukup lama. Setelah itu, kelompok dipersilahkan untuk mengunjungi tempat tinggal masing-masing. Sebelum mereka diberi ceramah, mereka dites untuk melihat bagaimana attitude-attitude mereka terhadap suku lain. Hasil tes tersebut menunjukan bahwa mereka menetap negatif , berarti bahwa situasi kontak sosial antar kelompok yang hanya terdiri atas ceramah dan saling mengunjungi seperti dalam kondisi-kondisi experimen ini tidak menghasilkan terjadinya perubahan attitude.

·     Perubahan attitude karena komunikasi sepihak
untuk memperoleh keterangan telah dilakukan puluhan bahkan ratusan eperimen yang meneliti faktor-faktor mana yang memegang peranan dalam usaha untuk membentuk atau mengubah attitude-attitude dengan cara komunikasi sepihak.

·    eksperimen
Experimen Murphy dan Newcomb (12) menyatakan bahwa perubahan attitude yang paling berhasil terjadi pada orang-orang yang sebelumnya diberi komunikasi tertentu ( ceramah, pidato, risalah, dsb )
Masalah ini diteliti secara experimental oleh Hovland. Berdasarkan hasil experimennya, Hovland menarik kesimpulan bahwa  :
1.      Apabila isi komunikasi rumit ( tidak mempunyai struktur dan susunan yang jelas ), maka komunikator yang harus menarik kesimpulan.
2.      Apabila isi komunikasi tidak ada berhubungan erat dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar, maka  komunikator menarik kesimpulan.

Aptitude Test (Tes Bakat)

A.      Definisi Tes Bakat Dan Bakat
(Anastasi, 1997).Tes Bakat mucul dikarenakan adanya ketidakpuasaan pada tes intelegensi yang hanya memunculkan skor tunggal yang disebut IQ, karena hasil IQ belum dapat memberikan gambaran kemampuan individu di masa mendatang.
Pada masa sebelum perang dunia 1, para psikolog telah mengakui perlunya tes bakat untuk melengkapi tes-tes intelegensi global. Tes bakat ini dikembangkan secara khusus dalam konsultasi pekerjaan, seleksi dan klasifikasi personil industri ataupun militer. Tes-tes yang digunakan secara meluas antara lain tes bakat mekanikal, musikal, klerikal dan aristik
Pertama kali yang melakukan penelitian tes bakat adalah Charles Spearman (1904-1927) seorang psikolog dari Inggris. Perkembangan metodologis selanjutnya, dilakukan psikolog dari Amerika seperti T.L. Kelley (1928) dan L.L Thurstone (1938-1974) dan terus dikembangkan oleh penelti selanjutnya yang di kenal sebagai analisis faktor.
Hasil praktis analisis faktor tersebut adalah perkembangan tes bakat berupa baterai multibakat (multiple aptitude batteries). Semua baterai ini dirancang untuk memberikan ukuran dari sikap seseorang sehingga dengan baterai ini dapat diperoleh sifat atau gambaran seseorang yang bersifat khusus, seperti pemahaman verbal, bakat numerikal, visualisasi spasial, penalaran aritmetik dan percepatan perseptual.
Perkembangan tes bakat lebih mutakhir muncul pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an menyediakan integrasi mendasar dari dua pendekatan yang sebelumnya bertentangan bagi pengukuran mental, yang diwakili oleh tes intelegensi tradisonal dan oleh battery multi bakat (Anatasi, 1994).
Tes bakat memiliki beberapa definisi yang pada intinya merupakan suatu kemampuan khusus dari individu dan merupakan hasil interaksi antara hereditas dan pendidikan.
Untuk memahami secara jelas definisi bakat, berikut beberapa definisi bakat menurut para ahli:
1.       Freeman (Fudyartanta, 2005) mendefinisikan bakat sebagai suatu kombinasi karakteristik yang berkapasitas individual untuk memperoleh (melalui latihan) beberapa pengetahuan khusus, keterampilan ataupun suatu respon yang terorganisir. Misalnya saja kemampuan berbahasa, untuk menjadi pemusik ataupun untuk melakukan pekerjaan mekanik.
2.       Fudyartanta (2005) mengemukakan bahwa bakat merupakan kemampuan yang lebih menonjol daripada yang lain, baik secara intelektual (teoritis) maupun secara praktis, dimana kedua-duanya memiliki posisi kualitas yang tinggi.
3.       Guildford (Sunaryo, 2004) mengemukakan bahwa bakat bertalian dengan kecakapan untuk melakukan sesuatu.
4.       Sukardi (Sunaryo, 2004) mengartikan bakat sebagai suatu kondisi atau kualitas yang dimiliki oleh individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang di masa yang akan datang.
5.       Branca (Fudyartanta, 2005) mengemukakan bahwa bakat merupakan kemampuan yang dipandang sebagai suatu indikasi seberapa baik individu dapat mempelajari pengetahuan atau keterampilan tertentu melalui pelatihan kemudian mempraktekkannya.
6.       Lyman (Fudyartanta, 2005) mendefinisikan bakat sebagai kombinasi karakteristik alami dan yang dipelajari, dimana mengindikasikan kapasitas seseorang untuk mengembangkan kecakapannya dalam beberapa keterampilan. Biasanya menyiratkan aspek intelektual atau keterampilan dibandingkan aspek emosi atau karakteristik kepribadian.
7.       Chaplin (2002) mengartikan aptitude (bakat, ketangkasan, kecerdasan, kesanggupan, kecenderungan) sebagai kapasitas untuk berprestasi di kemudian hari.
8.       Woodworth dan Marquis (Sunaryo, 2004) mendefinisikan bakat sebagai suatu kemampuan manusia yang terdiri dari achievement atauactual ability (dapat diukur dengan tes tertentu),capacity atau ability (tidak dapat diukur secara langsung) dan aptitude (kualitas psikis yang hanya dapat diungkapkan dengan tes).
9.       Bakat merupakan suatu kemampuan spesifik yang memberikan individu suatu kondisi untuk memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu setelah melalui latihan (Adi Dharma Putra, 2010).
10.    “Chaplin “(2002) mendefinisikan tes bakat sebagai satu seri tugas-tugas yang dibakukan dan diberikan untuk membuat perkiraan kuantitatif kemampuan seseorang yang menguntungkan dirinya lewat latihan. Tes-tes bakat tersebut dipakai untuk mengukur prestasi yang akan dicapai di kemudian harinya sedang tes prestasi (achievement tests) mengukur kemampuan yang dicapai pada saat sekarang.
11.    Menurut Cohen & Swerdlik , 1999 dalam Gregory ( 2001) bakat secara umum sudah digambarkan sebagai kemampua individu dibidang yang spesifik seperd akuntansi,rancang bangun atau auto mekanika. Sedangkan menurut Menurut Lennon dalam Shetzer (1981) bakat adalah perpaduan antara kemampuan kemampuan dan karakteristik yang lain ataupun hasil belajar dalam berbagai hal. Bakat dipandang sebagai kemampuan untuk belajar atau mengungkapkan pengetahuan, kecakapan, karakteristik untuk memprediksi loeberhasilan belajar.
12.    Bakat dalam Warren's Disctionary of Psychology (1934) didefinisikan sebagai berikut: "Aptitude, a condition or set of characteristics regarded as symptomatic of an individual's ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill, or set of response, such as the ability to speak a language, to produce music ..."
13.    Menurut Aiken dalam Gladding (2000), bakat didefinisikan sebagai kapasitas individu untuk menampilkan suatu kemampuan dari sebuah tugas atau tipe ketrampilan dan tes bakat merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bakat merupakan suatu konsistensi kerakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk menguasai suatu pengetahuan khusus, keterampilan atau serangkaian respon yang terorganisir atau kemampuan khusus yang berkembang secara istimewa atau menonjol dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Bakat seseorang dapat diukur dengan tes bakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bakat adalah suatu kemampuan spesifik yang dimiliki individu yang lebih menonjol daripada yang lain, baik itu  pengetahuan, kecakapan atau keterampilan jika diasah melalui pelatihan akan berkembang secara optimal.

B.      Sejarah Perkembangan Tes
Tes bakat muncul karena pemikiran para psikolog bahwa tes inteligensi hanya mengukur aspek tertentu dari inteligensi, dimana hal ini saja tidaklah cukup karena tidak semua aspek penting terwakili karena cakupannya yang agak terbatas. Bahkan sebelum PD I, para psikolog mulai mengakui perlunya tes-tes bakat khusus untuk digunakan dalam konseling pekerjaan serta dalam seleksi dan klasifikasi personil industri dan militer. Sehingga beberapa tes kemudian dimodifikasi menjadi tes bakat, misalnya pada tahun 1920-an sejumlah tes inteligensi berubah menjadi tes bakat sekolah. Aplikasi praktis tes selanjutnya menunjukkan perlunya dikembangkan tes multi bakat (multiple aptitude tes) karena sarana untuk menyusun tes semacam ini telah tersedia.

C.      Tujuan Mengetahui Bakat
Tes bakat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut, yaitu:
1.       Diagnosis. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakat seseorang sehingga akan lebih mudah memahami potensi yang ada. Dengan demikian, dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi testi di masa kini secara lebih cermat.
2.       Prediksi. Pada dasarnya, prediksi adalah mempertemukan potensi seseorang dengan     persyaratan yang dituntut oleh lembaga sehingga dapat diperkirakan atau diprediksikan kemungkinan kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang tertentu di masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan dan klasifikasi.

D.      Faktor-faktor yang Diungkap dalam Tes Bakat
      Kemampuan verbal. Kemampuan memahami dan menggunakan bahasa baik secara    lisan maupun tulisan











TAHAPAN TES INDIVIDUAL
1.      Alat ukur :
a.      Valid
Mengacu pada arti dan kegunaan dari hasil tes serta mengacu pada kesimpulan dan interpretasi tertentu
b.      Reliabel
Mengacu pada keakuratan, keandalan, konsistensi atau pengulangan hasil tes
2.      Pengetahuan observerd tentang pengetahuan psikologi

3.      Sikap pemeriksa  (menghindari bias)

Minggu, 23 Maret 2014

foto up"Mata Kanan"

tema: Swalayan (Tradisional)
Fotodgrafer: Fajar

Baik kali ini saya akan menganalysis foto ini berdasarkan pandangan saya dan perspektif psikologi.

foto yang bercirikan HITAMPUTIH menggambarkan nuansa zaman dulu/lama, orang2 yang yang sedang bekerja melakukan aktifitas jual beli, akan tetapi tidak menggambarkan adanya interaksi sosial/ komunikasi antar pembeli dan penjual, mngapa? berdasarkan tour guide yang mendampingi saya mengatakan bahwa foto ini diambil secara tidak sengaja kemungkinan pada saat memfoto, fotografer menggunakan shutter speed yang sangat cepat dan tidak mendapatkan gambar pada saat orang2 melakukan komunikasi, aka tetapi secara estetika menurut saya bagus, karena pada foto ini menggambarkan jelas kondisi fisik ataupun psikolois dari masing2 individu yang bersangkutan dalam foto tsb.

mereka yang terlihat lelah dan mungkin karena pengaruh tempat kebersihan tempat ataupun kondisi cuaca maupun psikologis yang mempengaruhi performance mereka dalam bekerja maupun berinteraksi dgn sesama.

dalam perspektif psikologi sosial
.      Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)
      Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian  dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya bersifat "mistik", "mentalistik", dan "subyektif". Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang "dapat diamati" (observable), yaitu pada "apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings)". Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwa proses mental dan juga perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilaku sosial.
      Para "behaviorist" memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan "tanggapan" (responses), dan lingkungan  ke dalam unit "rangsangan" (stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan " seorang teman datang ", lalu memunculkan tanggapan misalnya, "tersen-yum". Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan "kotak hitam (black-box)" . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam  tadi - srtuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable)

B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme melalui percobaan yang dinamakan "operant behavior" dan "reinforcement". Yang dimaksud dengan "operant condition" adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan "operant behavior". Yang dimaksud dengan "reinforcement" adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang . Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung tidak tersenyum (diam saja).

      Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara lebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan perilaku bisa terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) dan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory).

#4

Pertemua ke 4
Tes inidividu, Tes Populasi, dan Tes Minat

Dalam buku Psychological Testing yang dibuat oleh Robert  M . Kapllan / Dennis P . Saccuzzo mengatakan bahwa, Tes idividual dalam psikodiagnostik memakai 2 skala, yaitu skala Binet dan skala Wechsler, Binet dan Wechsler memiliki relevansi khusus untuk populasi khusus. beberapa tempat dirancang untuk populasi khusus, seperti individu dengan keterbatasan sensorik (misalnya, orang-orang tuli) atau keterbatasan fisik (misalnya orang-orang yang lumpuh atau sebagian lumpuh) yang lain dirancang untuk mengevaluasi orang-orang dengan keterbatasan bahasa, seperti orang kehilangan budaya, otak-kerusakan tertentu individu, dan individu berbicara lahir asing atau non-Inggris,. ada pula yang dirancang untuk menilai ketidakmampuan belajar.

Karena tes dirancang untuk populasi khusus atau tujuan , adanya alternatif dibenarkan . Namun , kekhususan mereka sering membatasi berbagai fungsi atau kemampuan yang mereka dapat mengukur . dengan demikian , seseorang dapat mempertimbangkan kekhususan yang lebih besar dari beberapa alternatif kelemahan serta kekuatan . meskipun alternatif mungkin lebih cocok untuk populasi khusus dari skala utama akan , skor IQ didasarkan pada salah satu alternatif , dengan perkecualian yang langka , tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan skor dari salah satu skala besar. Namun , alternatif sering berguna sebagai suplemen untuk hasil yang diperoleh dengan salah satu skala besar, seperti kami untuk tujuan skrining , untuk tindak lanjut atau reevaluations , atau bila waktu tidak cukup tersedia untuk mengelola salah satu skala besar.

Macam2 tesnya

1 WAIS Tes inteligensi usia 16 tahun ke atas,

individual.

2 BINET Tes inteligensi anak usia 2-12 tahun, individual.

3 WPPSI Tes inteligensi usia 4-6 tahun, individu.

4 WISC Tes inteligensi anak usia 5-15 tahun, individual






Kerugian
 Sampel standarisasi lemah
kurang stabil
kurang dokumentasi validitas
keterbatasan dalam uji manual
suara tidak psychometrically
Skor IQ tidak dipertukarkan dengan Binet atau Wechsler

Keuntungan

dapat digunakan untuk:
populasi tertentu dan tujuan khusus
keterbatasan sensorik
keterbatasan fisik
keterbatasan bahasa
orang budaya dirampas
orang asing yang lahir


tes populasi
Tes pada populasi khusus ditujukan bagi individu yang  normal akan tetapi mereka memiliki kekurangan atau keterbatasan pada beberapa hal, misalnya tunanetra, tunarungu, dll. Sehingga sangat tepat sekali jika pada awal pembuatannya, alat tes tersebut haruslah memiliki kesesuaian norma dengan konflik di tiap tahapan perkembangan manusia sehingga menghasilkan alat tes yang valid. Jadi tidak semua alat tes diperuntukkan secara global pada semua orang, tetapi disesuaikan dengan kondisi individu yang hendak di tes.
Bagi para penyandang tunanetra, beberapa alat tes sudah pasti tidak dapat diberikan. Tes-tes berupa instruksional lisan masih mungkin untuk dapat diikuti, tetapi tidak halnya dengan tes-tes yang menguji performance atau kinerja. Oleh karenanya, ada sejumlah alat tes yang memang sengaja dirancang untuk penyandang tunanetra, sepertiCollege Board Scholastic Assessment Test(SAT) yang tersedia dalam format huruf braille.
Di antara contoh-contoh paling awal tentang tes intelegensi umum yang telah diadaptasi untuk para tunanetra adalah tes Binet (Anastasi & Urbina, 2007). Namun tidak berhenti disitu, ada lagi tes-tes yang berusaha dikembangkan untuk tunanetra, diantaranya :
1.       Perkins-Binet Tests of Intelligence for the Blind à di mana instrumennya distandarkan dan memiliki bentuk-bentuk terpisah untuk anak-anak yang masih mampu melihat meski sedikit dan anak yang benar-benar buta.
2.      Blind Learning Aptitude Test (BLAT) à tes individual yang memasukkan soal-soal yang diadaptasi dari tes-tes lainnya, misalnya Raven’s Progressive Matrices.
3.      Intelligence Test for Visually Impaired Children (ITVIC).



Tes Minat
Pada dasarnya para ahli psikologi sepakat bahwa minat dipandang sebagai aspek kognitif yang sama sekali berbeda dengan aspek kognitif. Sebagai konsekuensinya, untuk mengetahui minat seseorang digunakan instrument (yang antara lain berupa tes) yang harus tidak mengungkapkan aspek kognitif yang biasanya disebut dengankemampuan.


Hakikat dan kekuatan dari minat dan sikap seseorang merupakan aspek penting kepribadian, karakteristik ini secara material mempengaruhi prestasi, pendidikan, dan pekerjaan, hubungan antar pribadi, kesenangan yang didapatkan seseorang dari aktivitas waktu luang, dan fase-fase utama lain dan kehidupan sehari-hari. Studi tentang minat mendapat dorongan terkuat dari penaksiran pendidikan dan karier. Meskipun lebih sedikit kadang pengembangan tes dalam area ini juga dirangsang oleh seleksi dan klasifikasi pekerjaan.


Menurut prerspektif belajar sosial, minat yang sebagai hasil dari perbedaan reinforcement untuk aktivitas yang dilakukan dengan memasang imitasi dan modeling dari orang yang penting berpegaruh terhadap individu tersebut dan modeling dari orang penting berpengaruh terhadap individu tersebut.


Selain itu, menurut peranan hereditas, terutama minatyang sama antara orang tua dan anak, orang yang berjenis kelamin yang sama dibanding dengan yang berjenis kelamin yang berbeda. Akan tetapi, minat itu sendiri bisa berubah pada seseorang meskipun telah dewasa.






Sumber: MODUL MATA KULIAH TES INTELIGENSI DAN MINAT BAKAT. Hera Wahyuni, S.Psi, M.Psi. Psi. Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya, Universitas Trunojoyo.



Anastasi A., & Urbina, S. 2007. Tes Psikologi. Jakarta: Indeks